Di kota Mekkah telah kita ketahui bahwa bangsa Quraisy dengan
segala upaya akan melumpuhkan gerakan nabi Muhammad SAW. Hal ini
dibuktikan dengan pemboikotan yang dilakukan mereka kepada Bani Hasyim
dan Bani Mutahlib. Di antara pemboikotan tersebut berupa memutuskan
hubungan perkawinan, memutuskan hubungan jual beli serta memutuskan
hubungan ziarah dan menziarah dan lain-lain
Pemboikotan tersebut tertulis di atas kertas shahifah atau plakat yang
digantungkan di ka'bah dan tidak akan dicabut sebelum Nabi Muhammad SAW
menghentikan gerakannya. Nabi Muhammad SAW. Merasakan bahwa tidak lagi
sesuai di jadikan pusat dakwah Islam beliau bersama Zaid bin Haritsah
hijrah ke thaif untuk berdakwah ajaran itu ditolak dengan kasar.
Rasulullah SAW diusir, disoraki dan dikejar-kejar sambil dilempari
dengan batu. Walaupun terluka dan sakit, beliau tetap sabar dan
berlapang dada serta ikhlas meghadapi cobaan yang di hadapinya. Saat
mengahadapi ujian Rasulullah bersama pengikutnya diperintahkan oleh
Allah SWT untuk melakukan isra dan mi’raj ke Baitul Maqbis di Palestina,
kemudian naik ke langit hingga ke sidratul muntaha.Kejadian isra dan
mi’raj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar
621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah SWT dari peristiwa isra dan mi’raj antara lain sebagai berikut :
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan beliau sebagai rasul
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin
Berita ini menjadi olokan kaum Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW Mereka
mengira Nabi SAW telah gila. Orang pertama mempercayainya adalah Abu
Bakar sehingga diberi gelar As Siddiq.
Faktor yang mendorong hijrahnya Nabi SAW di antaranya :
- Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena pada
tahun 621 M telah dating 13 orang penduduk Yatsrib menemui Nabi SAW di
bukit Akabah. Pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang
Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj
- Rencana pembunuhan Nabi SAW oleh kaum Quraisy yang hasil
kesepakatannya adalah mereka sangat khawatir jika Muhammad dan
pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib dan membunuh Nabi saw sebelum
beliau ikut pindah ke Yatsrib.
- Rencana pembunuhan Nabi SAW : setiap suku Quraisy mengirimkan
seorang pemudah tangguh; mengepung rumah Nabi saw dan akan membunuhnya
saat fajar.
Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan para pemuda qurasy
terkacoh. Mereka mengejar dan menjelajahi seluruh kota untuk mencari
Nabi saw tetapi hasilnya nihil. Kemudian Nabi bersama pengikutnya
melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut merah.
Akhir Periode Dakwah Rasululah di Kota Mekkah
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah periode
pertama perjalanan dakwah beliau di kota Mekkah. Beliau berjuang antara
hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Mekkah dengan
jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga. Sebelum memasuki Yatsrib,
Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan
sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepat hari
Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 hijrah bertepatan 24 September 6 M, Nabi
saw mengadakan shalat Jum'at yang pertama kali dalam sejarah Islam dan
Beliau pun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
Muhammad Rasulullah SAW Hijrah ke Madinah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat
Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang
dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik,
yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam),
karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan
kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri
Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah. Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh
Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib
pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan
tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib (negeri Islam) adalah :
- Untuk menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan
kekerasan kaum kafri Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW
meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah),
rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk
membunuhnya.
- Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta
beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di
jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam)
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun,
yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai
dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11
hijriah. Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode
Madinah, selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan
Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat
Madaniyah dan hadits periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode
Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah
orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan
Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi
penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk
bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab. Rasulullah SAW diutus oleh
Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh umat
manusia di dunia, Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan Tiadalah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk
Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran
Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah,
kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW
dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud
persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di
Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam
bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi
umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia
di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang
terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang
masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit
pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka
berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha
melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti
kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan
sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya
dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian
Rasulullah SAW dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi
peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para
pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau
meraih harta rampasan perang, tetapi bertujuan untuk :
- Membela diri, kehormatan, dan harta
- Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak menganutnya
- Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara
yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha
menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para
penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa
Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan
tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad
untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk
menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para
pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat
Islam dan bangsa Romawi.
Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah
Setelah Nabi hijrah ke Madinah, kota tersebut dijadikan pusat jamaah
kaum muslimin, dan selanjutnya menjadi ibukota Negara islam yang segera
didirikan oleh Nabi, dengan dirubah namanya Madinah, yang semula bernama
Yastrib. Adapun stategi dakwah Rasululullah SAW. Periode Madinah, yaitu
:
1. Pembinaan Masjid
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah
SAW. setibanya baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang
menghubungkan manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia.
Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas keyakinan tauhid mereka
kepada Allah SWT. Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan
persekitaran kawasan yang dikenali sebagai ‘mirbad’ dan meratakannya
sebelum menggali lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan.
Malah, Rasulullah SAW. sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut.
Batu-batu itu kemudiannya disemen dengan tanah liat sehingga menjadi
binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan
jiwa ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Mesjid
pertama yang dibangun rasulullah SAW. adalah mesjid Quba’. Tanggla 16
Agustus Rasul dan para sahabat yang berjumlah lebih kurang seratus orang
menuju Madinah pada hari jumat. Ditengah jalan pada suatu tempat yang
bernama perkampungan lembah Bani Salim, Rasul mendapat perintah untuk
mendirikan shlat jumat, sebagai suatu isyarat sudah waktunya
memproklamirkan berdirinya Daulah Islamiyah. Di dalamnya, dibina sebuah
mimbar untuk Rasulullah SAW. menyampaikan khutbah dan wahyu daripada
Allah. Terdapat ruang muamalah yang dipanggil ‘sirda’untuk pergerakan
kaum muslimin melakukan aktivitas kemasyarakatan. Pembinaan masjid ini
mengukuhkan dakwah baginda untuk menyebarkan risalah wahyu kepada kaum
muslimin serta menjadi pusat perbincangan di kalangan Rasulullah SAW.
dan para sahabat tentang masalah ummah.
2. Mengukuhkan Persaudaraan
Rasulullah SAW mempersadarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Jalinan ini
diasaskan kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah
tauhid yang sama. Persaudaraan ini membuktikan kekuatan kaum muslimin
melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa membeda – bedakan
pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api
persengketaan di kalangan suku kaum Aus dan Khajraz. Sebagai contoh, Abu
bakar dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib
dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, dan Umar bin Khattab
dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu seterusnya sehingga tiap –
tiap orang dari kaum Ansar dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin.
3. Pembentukan Piagam Madinah
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan
Yahudi daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan
khusus yang menjaga kepentingan semua pihak. Rasulullah SAW. telah
menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai Piagam Madinah untuk
membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam. Piagam ini
mengandungi 32 pasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk
akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan
lain-lain. Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi
oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong
sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan
Islam, mereka mesti berkelakuan baik kepada kaum islam di Madinah.
Piagam ini harus dipatuhi oleh semua penduduk Madinah Islam atau bukan
Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam
yang adil, membangun serta disegani oleh musuh-musuh Islam.
4. Strategi Ketentaraan
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk
melebarkan perjuangan Islam ke seluruh pelosok dunia. Strategi
ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan khususnya pihak
musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara tindakan strategik
baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya
peperangan seperti pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam
perang Badar, Rasulullah SAW. telah mengutuskan pasukan berani mati
seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash dan Zubair Ibn Awwam untuk
bersiap-sedia menghadapi perang. Rasulullah SAW turut membacakan
ayat-ayat al-Quran untuk menggerunkan hati musuh serta menguatkan jiwa
kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala bermaksud : “Dan ingatlah
ketika Allah menjajikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan yang
kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak
mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk
membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang
kafir.” (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah SAW. turut mengambil pandangan dari para sahabat dalam
menyusun strategi peperangan. Dalam perang Khandak, Rasulullah SAW.
setuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi
berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam
berjaya dalam semua peperangan dengan pihak musuh.
5. Hubungan Luar
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagai melebarkan sayap dakwah.
Ini terbukti melalui tindakan Rasulullah SAW. menghantar para dutanya
ke negara-negara luar untuk menjalin hubungan baik berteraskan dakwah
tauhid kepada Allah. Negara-negara itu termasuk Mesir, Iraq, Parsi dan
Cina. Sejarah turut merekamkan bahwa Saad Ibn Waqqas pernah berdakwah ke
negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di
negeri Cina hingga saat ini. para sahabat yang pernah menjadi duta
Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah
kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu Talib kepada Raja
Habsyah. Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan
khalifah Islam selepas kewafatan Rasulullah SAW. Sebagai contoh, pasukan
Salehuddin al-Ayubi di bawah pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya
menawan kota suci umat Islam di Baitul Maqdis. Penjajahan ke
Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling berkesan di seluruh
dunia.
Memelihara dan Mempertahankan Masyarakat Islam dalam Upaya Menciptakan
Suasana Tenteram dan Aman agar Masyarakat Muslim yang Dibina dapat
Terpelihara dan Bertahan
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum
Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum
pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya
sebagai berikut :
- Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya
- Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan
saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua
wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari luar
- Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang
terikat dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara
muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan
rasul(Al Qur’an dan sunah)
- Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW
6. Sholat Jum’at di padang Bani Salim
Kedatangan Rasulullah di madinah bertepatan dengan hari Jum’at. Ketika
Nabi sampai di padang Bani Salim, di pinggiran kota Madinah, waktu Zuhur
telah tiba. Maka turunlah Nabi dari unta dan bersama-sama kaum muslimin
melakukan sholat Jum’at. Inilah sholat jum’at dan khotbah jum’at yang
pertama kali dilakukan Nabi dalam sejarah perkembangan Islam. Setelah
selesai, Nabi kembali menaiki untanya dan memasuki kota Madinah. Setiap
rumah kaum muslimin ingin mendapat kehormatan agar Nabi bermalam di
rumah mereka
7. Mendirikan Masjid di Madinah
Ketika pertama kali Rosulullah datang di kota Madinah ( dalam hijrahnya )
kaum Ansor mengajak beliau serta menawarkan rumah untuk istirahat.
Namun Rosulullah Sholallahu Allaihi Wasalam menjawab “Biarkan jalan onta
ini karena dia diperintah “. Setelah sampai ditanah milik kedua orang
anak yatim yang bernama Sahal dan Suhail keduanya anak Amr dibawah
asuhan Muadz bin Afro maka onta tersebut berhenti, kemudian beliau
dipersilahkan oleh Abu Ayub Al- Ansuri untuk tinggal dirumahnya. Setelah
beberapa waktu disitu maka Nabi merencanakan akan mendirikan masjid
diatas sebagian kebun milik As’ad bin Zuroroh, tanah milik kedua anak
yatim tadi dan sebagian tanah kuburan musrikin yang telah rusak. Tanah
milik kedua anak yatim tadi dibeli dengan harga sepuluh dinar dan yang
membayarnya Abu Bakar.
Waktu membangun masjid Nabi meletakkan batu pertama selanjutnya oleh
saaahabat Abu Bakar , Umar, Usman dan Ali, kemudian dikerjakan secara
bersama-sama oleh para sahabat sampai selesai. Pagarnya dari batu tanah
setinggi kurang lebih dua meter tiangnya dari batang kurma, atapnya dari
pelepah pohon kurma,halaman masjid ditutup dengan batu kecil kiblatnya
memghadap Baitul Maqdis, karena waktu itu belum turun perintah menghadap
Baitullah. Pintunya tiga buah yaitu pintu kanan, pintu kiri dan pintu
belakang panjang masjid 70 hasta, lebar 60 hasta. Dengan demikian masjid
itu sederhana sekali, tanpa hiasan, tanpa tikar dan untuk penerangan
dimalam hari menggunakan pelepah kurma kering yang dibakar. Masjid itu
dibuat pada tahun 1 hijriah.
Membangun masjid ini merupakan usaha pertama Rosulullah SAW. dalam
membentuk masyarakat Islam Madinah. Fungsi masjid di zaman Rosulullah
SAW. adalah sebagai berikut :
- Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah dan ahlak.
- Masjid menjad sarana ibadah, seperti sholat
- Masjid menjadi temat belajar agama islam yang bersumberkan dari Al-qur’an dan Al-Hadish.
- Masjid menjadi sarana tempat menyambung tali silaturahmi antara kaum muslimin
- Menjadikan masjid menjadi sarana sosial.
- Rosulullah menjadikan masjid menjadi tempat bermusyawarah.
- Tempat menyusun strategi perang.
8. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar
Kaum muslimin di Madinah saat itu terdiri dari banyak suku. Ada yang
berasal dari suku Quraisy di Mekah, ada juga yang termasuk dari suku Aus
atau Khazraj di Madinah, dan masih banyak lainnya. Sebelum Islam
datang, orang-orang Arab hidup dalam persukuan dan terlalu fanatik
terhadap sukunya masing-masing. Semenjak islam datang, Nabi beusaha
mempersatukan kaum-kaum tersebut sehingga menjadi keluarga Islam. Nabi
pun menyatukan kaum Mujahirin dan kaum Anshar dalam ikatan yang sangat
kuat. Di Madinah, Nabi mempersaudarakan Abu Bakar dengan Khuraisy bin
Zubair, Ja’far bin Abu Tholib dengan Muaz bin Jabal, Umar bin khottob
dengan Itban bin Malik Al-Khazraji, Usman Bin Affan dengan Aus Bin
Tsabit, Abdurrohman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi, demikian seterusnya.
Dengan cara ini Rosulullah SAW berhasil mempersatukan kaum Muhajirin
dengan kaum Anshar dan memperluas jaringan keluarga besar Islam.
Saling Membantu antara kaum Muslimin
Hubungan kaum Muhajirin dan kaum Anshar bener-benar sangat erat. Mereka
saling membantu dan menolong. Kaum Muhajirin yang tidak mampu diberikan
sepetak lahan untuk bertani dari kaum Anshar, ada pula yang memberikan
modal untuk berdagang atau berkerja sama dalam mencari mata pencaharian.
Sedangkan kaum Muhajirin yang pandai berdagang dapat meneruskan usaha
kaum Anshar. Terdapat pula kaum Muhajirin yang tidak mempunyai keluarga
dan keadaannya miskin. Mereka tinggal di serambi masjid dan disebut “
Ahli Sufah ”.
Toleransi Islam Terhadap Kaum Yahudi
1. Perjanjian dengan Kaum Yahudi
Kaum yahudi di Madinah tidak begitu banyak, tetapi Rosulullah SAW. telah
menyadari pentingan membuat perjanjian damai dengan mereka. Mereka
dianggap baik selama tidak mengganggu umat islam. Kemudian dibuatlah
perjanjian dengan kaum yahudi yang berisi :
- bahwa orang Islam dan kaum yahudi harus hidup rukun dalam satu bangsa
- kedua belah pihak bebas menjalankan agamanya masing-masing dan tidak saling mengganggu.
- jika salah satu pihak diserang musuh, maka pihak lainnya harus membantu melawan musuh tersebut
- apabila kota Madinah diserang musuh, maka kedua belah pihak harus mempertahankannya
- kalau terjadi perselisihan, maka Nabi Muhammad SAW. lah yang menjadi hakim dan mendamaikan pihak tersebut
Sejak lama, orang yahudi di Madinah terdiri dari 3 golongan, yaitu Bani
Qainuka, Bani Nazir dan Bani Quraidah. Mereka lambat laun mulai tidak
menghargai perjanjian yang telah mereka buat bersama kaum Muslimin. Oleh
karena itu, mereka hendak menghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW.
2. Toleransi Islam terhadap Agama Lain
a. Pengusiran Bani Qainuka
Tidak lama setelah kaum Muslimin mengadakan perjanjian damai dengan kaum
yahudi, kaum yshudi mulai tidak menghirukan perjanjian itu. Mereka
menunjukkan rasa benci terhadap kaum Muslimin. Awal peristiwa ini
dimulai oleh Bani Qainuka. Atas apa yang mereka perbuat, mereka berhak
mendapatkan hukuman. Bani Qainuka diusir dari Madinah setelah terjadi
perang Badar.
b. Pengusiran Bani Nazir
Setahun kemudia, Bani Nazir melakukan penghianatan terhadap Rosulullah
SAW. yaitu dengan membunuh Beliau. Mereka hendak melakukannya ketika
Nabi dan para sahabat berkunjung ke kampung Bani Nazir kerena ada suatu
keperluan. Karena atas pertolongan Allah SWT. maka Rosulullah SAW.
selamat dari pembunuhan itu. Setelah perang Uhud, Bani Nazir di usir
dari Madinah.
c. Hukuman terhadap Bani Quraidah
Hanya Bani quraidah yang tersisa di Madinah. Akan tetapi mereka jauh
lebih jahat. Mereka bergabung dengan suku-suku arab yang sedang
mengepung Madinah pada perang Ahzab. Pada perang ini, kaum Muslimin
sangat menderita. Pertama-tama, Rosulullah SAW. berusaha bersikap lunak
terhadap Bani Quraidah. Beliau mengirim du utusan untuk berbicara dengan
Bani Quraidah, akan tetapi, mereka ditolak dengan kasar. Setelah kaum
Muslimin terbebas dari kepungan, mereka balik mengepung Bani Quraidah.
Akhirnya Bani Quraidah menyerah dengan syarat yang menghukum mereka
adalah Saad bin Muaz. Persyaratan ini diterima oleh Rosulullah. Saad bin
Muaz memutuskan hukuman bunuh bagi yang laki-laki dan wanita dan
anak-anak ditawan. Hukuman ini pantas bagi mereka mengingat kejamnya
mereka ketika perang. Sejak saat itu, tidak ada yang menghalangi umat
Islam di Madinah untuk beribadah dan berdakwah.
Penduduk kota Madinah terdiri dari 2 golongan yang berbeda jauh, yaitu :
- Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj
- Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina)
Dengan hijrahnya kaum muslimin, terbukalah kesempatan bagi Nabi SAW
untuk mengatur strategi membentuk masyarakat Islam yang bebas dari
ancaman musuh baik dari luar maupun dari dalam. Adapun substansi dan
strategi dakwah Rasulullah SAW antara lain :
- Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan kaum Anshar
- Memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam
- Meletakkan dasar-daar politik, ekonomi dan social untk masyarakat Islam
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan
pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagara “ Baldtun Thiyibatun Warabbun
Ghafur “ dan Madinah disebut “ Madinatul Munawwarah ”.